Perbarui Panduan, CDC Sebut OTG Tak Perlu Tes Covid-19
Jakarta, CNN Indonesia — Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memperbarui panduan tes atau pengujian kasus Covid-19. CDC mengubah pedoman dengan tak lagi merekomendasikan orang yang tanpa gejala virus corona untuk melakukan tes.
Bahkan sekalipun orang tersebut pernah melakukan kontak dengan orang yang positif virus corona. Jika mereka tak bergejala maka menurut CDC, tak perlu dilakukan tes. Kecuali, orang tersebut termasuk kelompok rentan atau di tengah populasi yang berisiko. Padahal dalam keterangan sebelumnya, CDC menyatakan tes perlu dilakukan untuk orang yang dicurigai terpapar, bahkan ketika mereka tak menunjukkan gejala.
Baca juga: Pastikan Stok Vaksin Covid-19 Aman, Pemerintah Terus Pantau Progres Negara Penyedia
“Pengujian disarankan untuk semua orang yang melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Karena potensi penularan tanpa gejala dan pra-gejala penting sebagai bentuk penelusuran kontak atas orang positif Covid-19, sehingga bisa cepat diidentifikasi dan diuji,” terang CDC melalui laman resmi pada 17 Juli 2020.
CDC lantas mengubah ketentuan itu dan mengatakan, “Jika Anda telah melakukan kontak dekat (berjarak 6 kaki) dengan orang yang terinfeksi Covid-19 setidaknya selama 15 menit, tapi kemudian Anda tak bergejala, maka Anda tak perlu melakukan tes kecuali Anda adalah individu yang rentan atau pelayanan kesehatan setempat merekomendasikan Anda untuk melakukan tes,” terang CDC yang dipublikasikan di laman resmi pada 24 Agustus 2020.
Pedoman baru itu juga menyebut, mereka yang tidak menunjukkan gejala Covid-19 dan belum pernah melakukan kontak dekat dengan orang yang positif tak perlu menjalani tes. “Tidak semua orang perlu diuji. Jika Anda menjalani tes, Anda harus karantina atau isolasi mandiri di rumah sambil menunggu hasil tes dan mengikuti nasihat dari petugas layanan kesehatan, dokter ataupun ahli yang menangani Anda,” demikian ditulis.
Namun begitu CDC masih tetap merekomendasikan tes Covid-19 bagi orang dengan gejala Covid-19 atau mereka yang disarankan oleh petugas kesehatan. “Penting disadari bahwa Anda bisa saja terinfeksi dan menyebarkan virus tapi tetap merasa sehat … mungkin petugas kesehatan akan meminta orang yang kelihatan sehat untuk melakukan tes, bergantung pada kasus dan sebarannya di setiap daerah,” tambah CDC.
Skenario perencanaan pandemi kali ini, CDC sempat memperkirakan bahwa sekitar 40 persen infeksi tidak menunjukkan gejala dan 50 persen penularan terjadi sebelum gejala muncul. Untuk pembaruan pedoman kali ini, dikutip dari laporan CNN, CDC belum menjelaskan alasan perubahan. Karena itu benyak dokter pun bingung akibat perubahan tersebut.
“Saya khawatir pada rekomendasi yang menyebut mereka yang pernah terpapar langsung dengan orang yang positif Covid-19 tidak perlu menjalani tes,” ungkap Leana Wen, seorang dokter darurat dan profesor kesehatan masyarakat di George Washington University seperti dikutip CNN.
“[Padahal] Ini adalah kunci untuk pelacakan kontak, terutama mengingat bahwa hingga 50 persen dari total penularan disebabkan oleh orang tanpa gejala. Orang jadi bertanya-tanya, mengapa pedoman diubah? Apakah ini untuk membenarkan defisit pengujian?” tambah Leana Wen yang sebelumnya komisaris kesehatan Baltimore tersebut.
Sementara seorang juru bicara Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) Amerika Serikat membantah kekhawatiran yang menilai perubahan pedoman akan mempengaruhi upaya pelacakan kontak. Sebelumnya sejumlah ahli kesehatan dan dokter menyatakan pelacakan kontak sebagai salah satu upaya kunci pengendalian virus corona. “Panduan yang diperbarui tidak merusak pelacakan kontak, atau jenis pengujian pengawasan lainnya,” kata juru bicara HHS.
HHS menyatakan telah berkonsultasi dengan dokter dan pejabat kesehatan setempat untuk memutuskan siapa saja yang perlu menjalani tes. “Panduan tersebut sepenuhnya mendukung pengujian pengawasan kesehatan masyatakat yang dilakukan proaktif melalui pejabat setempat,” tambah dia.