G20 Ketiga Siap Bahas Pengembangan Vaksin dan Alat Diagnostik
Presidensi G20 Indonesia dalam Health Working Group (HWG) Ketiga akan digelar di Bali pada tanggal 22 sampai 24 Agustus 2022. Pembahasan utama berkaitan dengan pengembangan vaksin hingga alat diagnostik demi merespons pandemi di masa mendatang.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia untuk G20, Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, ada sejumlah topik yang dibahas sejalan dengan pembahasan soal vaksin dan alat diagnostik. Salah satunya, penguatan jejaring peneliti dan manufaktur.
Baca Juga: Pakar Ungkap Indonesia Masih Alami 7 Tantangan Kesehatan Ini
“HWG ketiga ini akan membahas pentingnya diversifikasi geografi pusat riset dan manufaktur untuk pengembangan vaksin obat-obatan dan alat diagnostik, terutama untuk negara-negara berkembang,” ujar Nadia saat Press Conference: Road to 3rd Health Working Group yang disiarkan dari Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta pada Kamis, 18 Agustus 2022.
Pada HWG Ketiga, papar Nadia, akan ada empat sesi yang menjadi topik pembahasan. Pertama, membahas isu bagaimana membangun jaringan antara peneliti dan manufaktur di negara-negara G20.
“Tentunya terkait kedaruratan kesehatan masyarakat ataupun respons pandemi. Sesi kedua, akan membahas penguatan jaringan peneliti manufaktur. Jadi, bagaimana membangun sekarang dan pembuatannya,” jelasnya.
“Ketiga, adalah peran kemitraan antara pihak pemerintah untuk mendukung jaringan peneliti dan manufaktur. Sesi terakhir adalah membahas inisiatif untuk memperkuat ekosistem riset dan manufaktur. Ini untuk memastikan akses vaksin obat-obatan dan alat diagnostik itu berkeadilan.”
Kendalikan Resistensi Antimikroba
Pada Health Working Group (HWG) Ketiga, Siti Nadia Tarmizi menekankan, akses pengembangan vaksin dan alat diagnostik juga harus berkeadilan.
“Pengembangan vaksin dan alat diagnostik ini juga berkeadilan. Jadi berkeadilan bukan hanya akses tetapi juga dalam kapasitas pengembangan,” lanjutnya.
Selain itu, HWG Ketiga juga melaksanakan kegiatan side event mengenai resistensi antimikroba. Hasil dari side event ini adalah membentuk ‘Think Thank’ yang diharapkan dapat memperkuat kapasitas pengendalian resistensi antimikroba.
‘Think Thank’ atau Wadah Pemikir adalah penyebutan suatu organisasi, lembaga, perusahaan atau kelompok, yang melakukan riset, umumnya didanai oleh klien pemerintah atau komersial.
“HWG Ketiga ini tentunya kita akan lakukan side event yang membahas mengenai antimicrobial resistance (resistensi antimikroba), yaitu berbagai upaya terkait pencegahan dan implementasi pengendalian resistensi antimikroba,” Nadia menambahkan.
“Diharapkan dari HWG Ketiga ini adalah membentuk ‘Think Thank’ utamanya di negara-negara yang low middle (negara berpenghasilan menengah ke bawah). Jadi, apa yang bisa bertanggung jawab untuk mengembangkan meningkatkan dan memperkuat kapasitas penelitian.”
Kolaborasi Uji Klinik Multicenter
Berbagai mekanisme dan aturan untuk memudahkan proses pengembangan kapasitas global vaksin dan alat diagnostik juga menjadi pembahasan pada Health Working Group (HWG) Ketiga. Selain itu, akan ada kesepakatan soal kolaborasi uji klinik multicenter.
“Ini juga memastikan percepatan ketersediaan, baik vaksin diagnostk dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat. Kemudian kesepakatan tentang kolaborasi uji klinik multicenter antara pusat penelitian dan di negara-negara G20,” Siti Nadia Tarmizi menambahkan.
“Fokusnya untuk diversifikasi secara geografis di negara-negara yang lebih low income tadi.”
Adapun penelitian uji klinik Multicenter (PMC) adalah suatu penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas daripada penelitian biasa. Dalam implementasinya, penelitian ini dilakukan di berbagai institusi yang berpartisipasi dengan menggunakan protokol penelitian yang sama.
Pelaksanaan HWG Ketiga yang akan dilakukan pekan depan di Bali direncanakan mengundang 19 negara anggota dan 5 negara yang diundang di luar dari negara G20.
“Nanti akan ada 5 negara perwakilan regional, yakni Fiji, Kongo, Kamboja, Rwanda, dan Belize. Ada juga 14 organisasi internasional yang ikut serta sejak awal HWG 1 dan 2,” kata Nadia.
Surveilans Penyakit Zoonotik
Berkaitan dengan side event dalam Health Working Group (HWG), Siti Nadia Tarmizi menyampaikan kilas balik side event HWG Pertama dan Kedua. Pada HWG Pertama di Yogyakarta yang digelar pada 28 – 29 Maret 2022, side event tentang komitmen terkait tuberkulosis (TB) pasca pandemi COVID-19.
“Tentunya, komitmen untuk bisa mencapai eliminasi TB harus tetap kita lakukan. Pada HWG Kedua yang digelar di Lombok Juni 2022 adalah side event ‘One Health’ yang kita lakukan terkait dengan hal memperkuat inisiatif kesehatan untuk semua, baik kesehatan satwa liar, kesehatan hewan ternak, dan kesehatan manusia,” paparnya.
“Kita tahu bahwa sebagian besar penyakit-penyakit yang berpotensi pandemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah penyakit-penyakit yang sifatnya zoonotik, sehingga surveilans menjadi penting.”
Side event pertemuan HWG Kedua adalah adanya membangun suatu policy brief tentang bagaimana ke depannya merespons pandemi.
Policy Brief merupakan hasil analisis terhadap suatu isu strategis dan kebijakan dalam bentuk naskah singkat untuk meyakinkan policy maker (pembuat kebijakan) agar mengadopsi alternatif pilihan yang diusulkan.
Sumber: Health Working Group G20 Ketiga Siap Bahas Pengembangan Vaksin dan Alat Diagnostik (Liputan6.com)